Mengenang 13 Tahun Tragedi Tancak Apakah Kamu Penasaran?
Air Terjun Tancak, tentunya kalian sudah tak asing lagi dengan lokasi wisata ini kan? Ya betul, air terjun dengan ketinggian 82 meter dan debit air 150 meter kubik per detik ini berlokasi di daerah Gunung Pasang, Panti, Jember. Jaraknya yang hanya sekitar 16 km dari kota membuat banyak wisatawan lokal datang hanya untuk sekedar refreshing, apalagi dengan adanya agrowisata yang dibangun oleh pemerintah yang menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan yang berkunjung. Namun, dibalik wisata yang mengasyikkan itu masih banyak orang yang belum tahu bahwa pernah ada pemukiman warga sebanyak 5 dusun yang telah hilang.
13 tahun lalu tepatnya pada tanggal 1 Januari 2006 telah terjadi bencana Banjir Bandang Panti yang disebabkan oleh derasnya curah hujan. Tragedi itu terjadi 3 hari bertutut-turut yang telah merenggut banyak korban jiwa dan juga menjadi momok menyeramkan bagi warga yang menjadi korban atas peristiwa tersebut. Butuh berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun untuk para korban bencana Banjir Bandang ini untuk pulih dari trauma. Menurut Bu Win, seorang warga yang telah kehilangan rumah, harta benda, dan juga desanya, beliau sampai saat ini masih merasakan ketakukan ketika malam hari terjadi hujan, beliau akan membawa hewan ternaknya ke depan rumah dan akan terjaga sepanjang malam sampai hujan berhenti.
Sebagai mahasiswa dan agent of change, apakah kita bisa membawa dampak yang baik dan dapat merubah pandangan warga tentang hal ini? Tentu saja bisa, yaitu dengan memanfaatkan potensi tersembunyi dari desa yang hilang, yang selama ini tidak banyak diketahui oleh orang-orang diluar sana. Penduduk desa yang ramah dan juga kondisi sosial warga desa adalah daya tarik tersendiri yang nantinya dapat dikembangkan menjadi sebuah jalan yang dapat merubah nasib penduduk menjadi yang lebih baik lagi.
Menurut Ibu Halimatus Sa’diyah Desa Kemiri yang terletak pada lereng gunung pasang, terdapat 45 kepala keluarga yang mayoritasnya adalah pekerja pabrik yang bertugas untuk menyadap karet. Pekerja pabrik menyadap karet dimulai pada pukul 3 subuh sampai dengan pukul 8 pagi, yang hasilnya langsung disetorkan pada pabrik dan diolah sampai setengah jadi. Pekerja hanya dibayar sekitar 200 ribu selama 2 minggu untuk melakukan pekerjaan ini, tergantung pada seberapa banyak getah karet yang dikumpulkan. Kebanyakan warga desa ini juga berternak sapi dan kambing, sehingga setelah pulang dari pekerjaannya mengambil getah karet akan langsung mencari rumput untuk pakan ternak mereka.
Ibu Halimah juga bercerita bahwa di desa ini masih menggunakan kincir air sebagai sumber listrik yang didapatkan secara gratis dari pabrik karet. Rumah Warga akan dialiri listrik mulai dari jam 3 pagi sampai dengan jam 11 malam, setelah itu listrik di desa ini akan padam. Warga hanya menggunakan penerangan lainnya sebagai sumber cahaya ketika beraktivitas di malam hari. Hal ini tentu saja menjadi potensi yang harus dimanfaatkan dan diperbaiki lagi, dengan kondisi sosial yang masih kurang ini, kita dapat mengembangkan potensi dari desa dengan memanfaatkan para warganya dan juga alam sekitarnya. Sebagai mahasiswa dan menurut isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menyatakan bahwa kita harus melakukan pengabdian kepada masyarakat, penerapannya dapat dimulai dari desa ini. Dengan adanya pabrik karet, air terjun, kincir air, dan aktivitas warga yang ada di desa ini dapat kita kembangkan menjadi desa yang banyak dikenal oleh orang sebagai desa edukasi dan juga wisata.
Kita dapat mengabdi kepada masyarakat dengan cara melaksanakan program bina desa yang nantinya dapat bekerja sama dengan pemerintah dan pihak perkebunan. Warga dibina terlebih dahulu dengan diadakannya program baca bagi para anak-anak, ibu, bapak, dan juga lansia yang masih buta huruf. Kegiatan yang dilakukan dalam program baca ini diantaranya adalah belajar baca huruf dan baca Al-Qur’an, juga berbahasa Indonesia yang baik dan benar karena mayoritas warga di desa ini menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. Program baca ini merupakan langkah awal untuk membangun desa menjadi desa edukasi dan wisata.
Setelah itu, kita dapat memberikan sosialisasi kepada warga yang bekerja sama dengan pihak perkebunan tentang dibentuknya desa wisata dan edukasi. Warga yang memiliki ternak berupa sapi dan kambing akan dibina untuk dapat menghasilkan ternak yang sehat dan dapat diambil susunya. Setelah itu akan diadakan pekan ternak yang nantinya wisatawan dapat langsung memberi makan, memerah susu, dan juga mengetahui cara mengolah susu untuk dapat langsung dikonsumsi. Warga juga dibina tentang cara menanam, memanen, dan memasarkan buah-buahan yang nantinya dapat menjadi daya tarik wisatawan. Rumah-rumah warga dicat berwarna-warni, halaman rumah warga juga ditanami tanaman yang dapat langsung dipanen hasilnya dengan mudah, seperti buah naga, manga, anggur, dan lain sebagainya, sehingga ketika wisatawan datang dapat langsung memanen buah-buahan dan dapat dibawa pulang ke rumah. Adanya pabrik karet juga dapat dimanfaatkan sebagai wisata edukasi, kita dapat bekerja sama dengan pihak perkebunan dengan diadakannya program edukasi pengolahan karet, nantinya wisatawan akan diajarkan bagaimana proses pengolahan karet sampai setengah jadi. Wisatawan akan diajarkan secara langsung bagaimana proses mengambil getah pohon karet, kemudian disetor di pabrik dan diolah sampai setengah jadi yang nantinya akan dipandu oleh para pekerja karet. Kincir air yang ada di belakang pabrik dapat dimanfaatkan sebagai wisata edukasi. Wisatawan akan diajarkan bagaimana air mengalir dapat memutar kincir air, seberapa deras arus yang dibutuhkan untuk dapat memutar kincir air sampai dapat menghasilkan listrik, yang nantinya dialirkan ke rumah-rumah warga.
Tujuan akhir dari wisata edukasi yang ada di desa ini adalah air terjun Tancak, yang menyajikan kesejukan dan keindahan alam disekitarnya. Wisatawan dapat berfoto, bermain air di air terjun dan lain sebagainya. Dengan adanya wisata edukasi yang diadakan ini, diharapkan trauma yang melekat di ingatan warga tentang bencana yang terjadi 13 tahun yang lalu dapat terobati dan juga menjadikan kesejahteraan warga yang ada di desa ini menjadi lebih baik lagi, sehingga dapat membangun kembali desa yang hilang 13 tahun lalu.